Pagi ini (pagi sekaliiii) saya melihat nama saya di-tag di status facebook seorang teman dimana ada link ke postingan baru di blognya dengan titel Kadang, Dia menjawab "Tidak" dan saya pun tidak tahan untuk menulis Semua Indah pada Waktunya :D
Baru saja kemarin pagi saya menemukan kalimat itu lagi di sebuah buku yang sudah lama saya perjuangkan untuk membacanya tiap hari dari awal sampai akhir dan sekarang baru sampai di tengah-tengah (curcol dikit ya...komitmen butuh perjuangan... *eaaa*). Nama buku itu Alkitab. Tapi kalimat itu bukan kalimat baru dalam hidup saya. Saya percaya sekali akan hal itu. Apalagi kalau melihat kilas balik hidup saya 4 tahun terakhir.
Di akhir 2007 sebelum saya lulus apoteker, saya mengikuti seleksi untuk menjadi staf business development di suatu perusahaan farmasi yang saat ini menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Saya ingin sekali masuk perusahaan itu, tapi akhirnya saya tidak mendapatkannya. Posisi yang ditawarkan hanya untuk 1 orang dan sahabat saya yang mendapatkannya. Dari dia kemudian saya tahu bahwa kami berdua adalah dua orang terakhir untuk dipilih. Beberapa kali saya sempat dipanggil kembali oleh perusahaan tersebut untuk interview dengan user lain, tapi si beberapa kali kesempatan itu pun tidak juga meloloskan saya akhirnya untuk bekerja disana. Jujur...saya sangat kecewa apalagi dengan sebegitu dekatnya saya dengan kata 'diterima'
6 bulan menganggur tentu akan melabilkan jiwa. Akhirnya atas rekomendasi dari ibu seorang teman saya pun diterima bekerja sebagai staf di bagian Strategic Business Development di suatu BUMN farmasi. Saya masih ingat kala itu saya ditelepon ditengah minggu oleh manajer SDM perusahaan tersebut untuk langsung masuk keesokan harinya. Tapi saya nego untuk masuk hari Senin minggu berikutnya agar memiliki waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Selain itu akhir pekan di minggu itu adalah jadwal konser ITB Choir dimana saya masih jadi penyanyi.
SBD ternyata bagian yang dulu pernah ada, kemudian digabung dengan marketing, dan saat ini ingin dipisahkan kembali, dan saya adalah staf pertama disana dan langsung report kepada BOD. Walau dengan mode anak ayam kehilangan induk (karena sendirian), saya diberi tugas untuk membantu seorang asisten manager marketing dalam rencana pengembangan pabrik dengan pihak asing. Karena mengerjakan proyek ini, semakin seringlah saya berinteraksi dengan BOD. Saat bertemu dengan pihak asing dan saat mereka dijamu oleh BOD malam harinya, saya adalah staf dengan level paling kroco yang ikut disana. Sedangkan yang lainnya adalah manajer-manajer senior di tempat saya bekerja.
Pelajarannya: Semua indah pada waktunya.
Jika saya waktu itu diterima di perusahaan yang pertama pengalaman saya tidak akan sepenuh dan sepadat apa yang saya dapatkan sekarang. Kesempatan-kesempatan yang muncul saat saya bekerja membuat saya bisa berkenalan dan berinteraksi dengan mereka yang berada dalam posisi-posisi tinggi...tempat belajar yang baik :)