Suatu hari nanti, entah ketika aku masih ada atau ketika nafasku sudah tiada, aku ingin kamu tahu bahwa saat ini aku sedang tersenyum. Mengenang kamu, mengenang kita. Mengenang waktu yang aku habiskan bersamamu untuk bergurau, bercanda, marah, diam, terlelap. Mengenang waktu yang aku habiskan untuk belajar tentang hidupku bersama kamu.
Aku tertawa melihat kebodohanku sendiri yang takut akan sesuatu yang sudah pasti ada, yaitu ketidakpastian. Aku tertawa mengenang kerisauan yang lalu. Ketakutan ketika pada akhirnya aku tidak akan bersama dengan kamu. Aku tertawa mengingat betapa optimisnya dan betapa yakinnya aku akan kamu yang pada akhirnya sekarang aku sadari bahwa itu tak lebih dari usaha meyakinkan diri sendiri dari ketakutan untuk tidak bersama.
Saat ini aku tersenyum ketika menyadari aku memang tidak seyakin itu akan kamu, tidak seyakin itu untuk bersama dengan kamu. Aku juga menyadari bahwa ketidak yakinan itu yang membuatku terus belajar untuk menerima kamu, untuk memupuk cinta, dan untuk menerima aku apa adanya bersama kamu.
Saat ini aku kembali tersenyum, kala akhirnya tiba lagi di titik itu, kepasrahan, keikhlasan. Titik ketika pada akhirnya aku memasrahkan semuanya tentang kita. Titik ketika aku menilik dan mendapat makna dari kilasan waktu bersamamu. Titik ketika hati akhirnya melihat keindahan yang diatur Sang Pemilik Waktu.
Aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu dan tidak ada kata ataupun lakuku yang kurasa dapat menunjukkan itu. Biar sekarang aku belajar lebih lagi tentang aku, tentang kamu, dan tentang aku bersama dirimu. Pada akhir nanti, aku berharap kita akan bersama.
Aku tertawa melihat kebodohanku sendiri yang takut akan sesuatu yang sudah pasti ada, yaitu ketidakpastian. Aku tertawa mengenang kerisauan yang lalu. Ketakutan ketika pada akhirnya aku tidak akan bersama dengan kamu. Aku tertawa mengingat betapa optimisnya dan betapa yakinnya aku akan kamu yang pada akhirnya sekarang aku sadari bahwa itu tak lebih dari usaha meyakinkan diri sendiri dari ketakutan untuk tidak bersama.
Saat ini aku tersenyum ketika menyadari aku memang tidak seyakin itu akan kamu, tidak seyakin itu untuk bersama dengan kamu. Aku juga menyadari bahwa ketidak yakinan itu yang membuatku terus belajar untuk menerima kamu, untuk memupuk cinta, dan untuk menerima aku apa adanya bersama kamu.
Saat ini aku kembali tersenyum, kala akhirnya tiba lagi di titik itu, kepasrahan, keikhlasan. Titik ketika pada akhirnya aku memasrahkan semuanya tentang kita. Titik ketika aku menilik dan mendapat makna dari kilasan waktu bersamamu. Titik ketika hati akhirnya melihat keindahan yang diatur Sang Pemilik Waktu.
Aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu dan tidak ada kata ataupun lakuku yang kurasa dapat menunjukkan itu. Biar sekarang aku belajar lebih lagi tentang aku, tentang kamu, dan tentang aku bersama dirimu. Pada akhir nanti, aku berharap kita akan bersama.