Pages

October 3, 2011

Pulang!

Dina menghela nafas sambil menatap barang-barangnya yang berserakan di atas tempat tidur. Akhirnya hari ini dia akan kembali ke Indonesia setelah bertualang selama sebulan di Eropa bersama tim paduan suaranya.

"Banyak banget perintilan gueee!!" serunya entah kepada siapa. Sedangkan 3 orang teman sekamarnya  juga sedang berkutat dengan barangnya masing-masing.

Kamar itu memang bukan untuk dipakai oleh 4 orang. Bahkan, jika kamar itu diisi kapasitas maksimal yg diperbolehkan hotel sejumlah 3 orang/kamar saja, mungkin masih terasa sempit. Tapi apa boleh buat demi menghemat beberapa euro untuk makan atau membeli oleh-oleh dari Paris, kota terakhir yang mereka singgahi.

Mari kita kembali ke helaan nafas Dina... Kalau kamu rasakan baik-baik, kamu akan tahu kalau tidak hanya ada rasa frustasi akibat packing disana, tapi juga hela nafas lega bahwa akhirnya dia akan pulang.

Sambil memasukkan bawaannya ke dalam koper, sesekali dia tersenyum membayangkan betapa senangnya kembali ke kotanya nanti…Bandung! :) Sudah setahun terakhir Dina bekerja di kota lain. Selama setahun itu dia selalu kembali ke Bandung di akhir pekan. Dan setiap pulang itu juga perasaan menyenangkan. Dia kembali pulang!

Jangan ditanya betapa gembiranya dia bertemu "Gerbang Tol Pasteur" di setiap Jumat malam. Bertemu gerbang tol itu seperti ritual bertemu pacar setelah sepekan tidak bertemu.

Bandung…tempatnya lahir, meringkuk, bermain berlarian, dan menangis. Dina terlanjur jatuh cinta kepada Bandung. Walau dengan suhunya yang semakin hari semakin panas, kemacetannya yang sudah mulai menyebalkan seperti Jakarta, tetap Bandung tiada duanya. Dia sempurna dalam ketidak sempurnaannya. Walau tidak dapat Dina pungkiri kadang dia merasa bahwa kotanya memiliki walikota yang kurang cerdas.

Kembali ke Bandung seperti kembali ke pelukan seorang sahabat. Rasanya hangat walau di tengah malam dingin. Berlimpah kasih sayang.

"Hah! Beres juga!!" Dina pun bergerak menuju bis yang akan membawa rombongannya ke bandara. Untuk terakhir kalinya dia melihat sekelilingnya…dan dalam tarikan nafas sebelum bis beranjak, dia ucapkan salam perpisahannya.

"Sampai jumpa lagi tanah yang membuka mata, tempat saya belajar banyak. Saatnya saya kembali ke kehangatan pelukan Bandung. Saya pulang!"

October 2, 2011

Sampai jumpa di sana

Apa kamu percaya reinkarnasi? Saya tidak. Tapi saya percaya inkarnasi itu ada. "Lho apa bedanya?" pasti kamu bertanya demikian. Ya lihat saja awalannya… "re". Reinkarnasi adalah inkarnasi yang berulang. Apa kamu percaya? Saya sih tidak.

Hidup saya dikelilingi orang-orang logis yang percaya kalau 1 + 1 = 2 dan 2 + 2 = 4 . Mungkin juga 2 + 2 bukanlah 4, tapi tergantung kamu sedang berbicara dalam basis deret hitung yang mana. Walau begitu saya masih percaya bahwa dalam suatu ketika kalau Yang Kuasa menghendakinya, 2 + 2 akan lebih daripada 4 atau kurang dari itu bahkan jika dia berada dalam deret hitung basis 10.

Kamu percaya hantu? Saya tidak. Saya percaya jika raga manusia meninggal maka jiwanya akan kembali kepada sang Pencipta dan tidak bergentayangan sebagai sesuatu yang beken kita sebut dengan "hantu".  Tapi kalau dipikir-pikir, dirasa-rasa… dunia ini terlalu besar dan terlalu luas jika hanya dihuni oleh manusia. Yah…okelah…mungkin itu mengacu kepada entitas lainnya lagi yang lebih beken dengan nama alien. Mungkin juga alien-alien itu percaya hantu. Atau mungkin juga hantu-hantu di bumi sering berkomunikasi dengan alien. Tanpa sadar setiap detik dan setiap menit hantu-hantu di bumi menjadi mata-mata alien memantau perkembangan teknologi dan pengetahuan manusia.

So…apa hantu itu ada? Saya tidak ingin percaya tapi saya sekarang tidak bisa tidak percaya karena saya melihatnya dimana-mana. Mula-mula hanya bayangan, kemudian seperti sosok, tapi makin lama saya mampu melihat mereka makin jelas. Mereka berkeliaran saja. Saya ingin mengabaikannya, tapi mereka selalu mendekat. Mau apa sih mereka?!

Jangan dikira saya tidak takut. Saya takut, takut sekali. Sampai-sampai untuk ke WC saya minta ditemani. Untung saja banyak teman-teman saya yang cuek-cuek saja, sampai mereka melihat saya ke pojokan kosong, atau tersenyum ke bangku kosong di ujung meja. Kalau sudah begitu biasanya mereka akan melempar saya dengan kertas.

Saya tidak suka berkomunikasi dengan mereka sampai saya melihat dia… sosok yang sangat mendatangkan deja vu. Saya tidak tahu siapa namanya, saya panggil dia Prabu. Begitu tampan, begitu gagah. Selalu muncul tiba-tiba dengan pakaian kebesarannya. Seperti pakaian patih-patih di kerajaan jawa lama. Kedatangannya mengejutkan sekaligus menyenangkan. Dia begitu perhatian, sering mengajak saya berbincang-bincang. Sayangnya kemarin Ayah saya mengusirnya.

Kata Ayah, Prabu itu berpura-pura. Aslinya dia tidak bersosok seperti itu dan dia datang untuk mempengaruhi saya mengikutinya. Ayah marah. Prabu disuruhnya meninggalkan saya. Saya pun diberikan proteksi agar Prabu tak mendekat. Tapi saya rindu kepadanya. Jangan tanya sedalam apa rindunya. Rindu sekali…Prabu mahluk pertama yang mau dekat dengan saya dan memperhatikan saya. Saya tidak peduli apa wujudnya karena dia tidak pernah menganggap saya aneh. Dan sekarang saya sedang rindu sekali…saya ingin bertemu dengannya. Saya bingung mencari cara bagaimana supaya bisa bertemu dengannya. Sampai saya lihat satu benda di pojokan meja…kata Prabu saya bisa menggunakannya jika ingin bertemu dengan dia.

Akhirnya dengan tersenyum saya ambil pisau itu :)

October 1, 2011

Untuk dia

Matahari masih berada di atas kepala tapi semangatku sudah tenggelam padam. Sedangkan kamu masih menemani aku disini. Lihatlah… bahkan kamu menyeduh teh hangat untukku.  

Dan aku ingin sekali berkata lagi “Aku letih…letih menanti dia.”

Aku tahu kamu mungkin bosan mendengarnya… mendengar semua keluh kesahku. Tapi aku mohon, sekali ini saja kawan… pinjamkan lagi telingamu untuk keluhku, matamu untuk ratapku, dan hatimu untuk dukaku. Saat ini aku berjanji, surat ini akan menjadi surat terakhirku kepadanya. Tulisan ini akan mengakhiri semuanya. Aku hanya ingin kamu membacanya dahulu kawan… sehingga nanti ketika aku menangis ketika memberikannya, tanganmu akan ada disana untuk memeluk… menggapai diriku yang meringkuk.

Bacalah… biar aku menghirup dulu teh hangat buatanmu.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Dear you,
 
Saya sedang ingin jatuh cinta. Sudah lama saya tidak merasakannya. Sayangnya hanya kamu yang 2 tahun ini mendominasi hati.

Otak saya ingin kamu pergi, tapi hati keburu jatuh. Dan dengan bodohnya si otak baru sekarang menyadari kalau si hati sudah jatuh lebih dalam dari yang dia kira sebelumnya. Otak pun memanggil hati... "Woi, kembali!" serunya. Hati berhenti dan mendengar...dia pun mengerti dia harus kembali.

Saya pun terdiam...membiarkan otak dan hati berkomunikasi dan wajah kamu terbayang. Kalau bayangan itu nyata tangan ini pasti sudah terulur menyentuhnya.

Tiba-tiba pipi basah kebanjiran. Dia heran mengapa mata membuka keran. Saya bilang... "Pipi, hari ini kita akan bertemu hati lagi. Dia sedang sedih karena tidak jadi pergi."

Kamu...saya mau ijin pergi. Ijin membawa hati kembali menapaki jalan yang entah akan membawa saya kemana.

Kamu...saya mohon doa. Doa bahwa saya akan menemukan cinta dan mempercayai hati untuk jatuh lagi.

Saya  ingin memeluk... Biar saya peluk kamu dari jauh sebelum pergi.
Sampai jumpa. Semoga lain hari kamu dan saya akan berjumpa membawa hati dan cinta masing-masing sambil tersenyum. Kamu telah menemukannya...dan saya juga.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Cangkirku kosong dan air mataku sudah kering.