Pages

October 31, 2020

Journal 31 - Penemuan

Mengerjakan challenge journal selama sebulan ini ternyata memang membantu mengatasi kegalauan. Mungkin yang lain merasakan pertanyaannya terlalu serius, tapi buat saya, saya memang lagi perlu ini.

Dari journalling ini saya jadi tahu apa yang harus saya lakukan, apa yang saya senangi, dan apa yang ingin terus saya buat. Saya mendapatkan hints akan hal-hal yang sudah lama saya pikirkan.

Dari sebulan ini saya dapat beberapa keywords, seperti: sharing, mengelola, dan S3. Sejauh ini saya dapat gambaran apa saja yang harus saya kejar untuk lakukan sekarang-sekarang ini. Saya juga jadi bisa mengkonstruksi tujuan-tujuan baru saya.

Dipaksa untuk menulis setiap hari, atau merapelnya jika tidak sempat, membuat saya juga punya prioritas baru setiap ada waktu luang, terutama ketika anak sudah tidur. Akhirnya saya jadi terbiasa mengolah ide secepat mungkin. Ini juga salah satu hal baik yang saya rasakan dari mengikuti challenge ini. Selanjutnya, waktu tersebut bisa saya pakai untuk mengolah ide-ide saya yang lain, yang sekarang sudah numpuk sebenarnya.

Di journal terakhir ini, nampaknya saya harus berterima kasih secara khusus kepada Kino, teman yang terpisah lama dan tidak terduga bertemu di WAG yang sama. Kino yang nyolek saya ikut challenge ini, tapi sedihnya saya malah ga pernah menyemangati dia. Maaf ya Kino...terima kasih banyak juga.

Semoga bisa ketemu di challenge menulis yang lain.



October 30, 2020

Journal 30 - Yang Perlu Didengarkan dan Yang Perlu Diabaikan

Sampai sekitar awal tahun ini, omongan orang masih sebegitu berartinya untuk saya. Saat ini tidak lagi. Bukan berarti saya jadi tidak mendengarkan feedback dari yang lain, atau saya jadi posting ini itu sembarangan. Lebih ke... saya tidak terlalu berekspektasi akan reaksi orang saat saya melakukan atau mempost sesuatu yang saya ingin post atau lakukan. Semua saya lakukan untuk diri saya sendiri. Tentu saja saya tetap berhati-hati dalam privasi dan mempertimbangkan perasaan yang lain juga, tapi saya ga jadi insecure kalau tidak banyak yang nge-like atau memberikan respon. Oh ya, saya juga males debat kusir sama orang yang beda persepsi tapi ngerasa dirinya all time righteous, padahal sebenernya naif aja. Jadi yang seperti itu saya hindari juga.

Hal ini juga yang membuat saya lebih berani untuk mulai mencoba media lain untuk sharing. Dengan konten yang mungkin buat kebanyakan orang hanya sesuatu yang remeh, tapi itu yang ingin saya bagikan. Syukur-syukur kalau bisa bermanfaat.

Lagi-lagi, terima kasih kepada Gary Vee untuk insightnya yang sangat membantu saya memahami self-awareness ini lebih lagi.

Untuk hal-hal lainnya saya juga tidak terlalu peduli omongan orang, demikian juga suami saya. Kami orang yang lebih mementingkan fungsi dan kepraktisan. Omongan orang ya didengarkan saja, tidak perlu terlalu ditanggapi serius. Secukupnya saja lah ya. Buat saya yang penting seimbang. Toh ada juga feedback dari orang lain yang bisa membuat kita lebih baik.

October 29, 2020

Journal 29 - Yang Selalu Bertengger di Kepala

Ada dua hal yang selalu bertengger di kepala dan tidak mau pergi. Tidak berusaha diusir juga sih, dia cuma betah aja di sana sedangkan yang lain suka sekali mondar mandir.

Yang pertama adalah memiliki EO dan mengorganize event besar. Yang pertama ini bertengger di kepala sejak 2007, tapi saya belum pernah seserius itu melakoninya sampai jadi yang utama. Mungkin faktor saya suka kerja lapangannya tapi tidak suka area bisnisnya. Sampai sekarang belum dipikirkan lagi terlalu dalam dan diulik bagaimana solusinya biar terjadi.

Yang kedua adalah mengambil S3. Yang ini bertengger sejak 2013. Awalnya tidak sengaja tapi jadi sesuatu yang mau dilakukan walau sekarang tetap tidak ada usaha berarti. Hahahaha. Mungkin sama seperti Dewi Lestari bilang, sesuatu yang disuka... begitu sudah dijadikan target seringnya malah jadi sesuatu yang dihindari. Mungkin itu yang terjadi ya. Sekarang saya lagi dalam proses mengumpulkan niat supaya ini jadi kenyataan.

So, yang dua itulah yang selalu ada di kepala.

October 28, 2020

Journal 28 - Rejeki dan Pemeliharaan Tuhan

Tahun 2007 di paruh tahun ke-2 saya lulus dari program profesi dan kemudian mencari pekerjaan. Sambil mencari pekerjaan saya masih mengerjakan ini dan itu yang berhubungan dengan EO dan travel agent. Tahun 2008 saya memulai bekerja di suatu perusahaan di kawasan industri dan kemudian saya berhenti setahun kemudian. 

Ada rasa waswas dan cemas saat berhenti. Sebenarnya saya berhenti karena mempunyai agenda lain yang akan memakan waktu sebulan dan saya tidak enak untuk minta cuti lama saat itu. Selain itu saya juga butuh kegiatan lainnya yang tidak bisa saya temukan jika saya bekerja di kawasan industri ini. Tentu saja saya deg-degan, apa yang kemudian harus saya kerjakan untuk mendapatkan penghasilan sedangkan tabungan saya mungkin akan sangat terpakai di agenda sebulan saya itu. Yang pasti saya merasa akan ada jalan mendapatkan rejeki jika saya mau berusaha.

Dari 2009 saya kerja serabutan. Promosi EO saya, mengorganize reuni dan beberapa acara lainnya, jadi wedding singer, manajer untuk beberapa penulis, dan membuat event promosi untuk penulis. Penghasilan saya minim sekali tapi selalu cukup. Tidak pernah saya sampai meminta lagi kepada orang tua. Ya kebetulan tinggal dan makan masih numpang di rumah orang tua juga. Kalau bosen, kerja di kosan teman lalu beli makanan dari warteg. 

Akhir 2009 kemudian saya direkrut sebuah unit di kampus untuk membantu penyelenggaraan training di sana. Ada lagi pemasukkan. 2010 orang tua saya berbaik hati menawarkan beasiswa ayah bunda untuk program S2 di kampus lama. Tentu langsung saya ambil. Senangnya, di semester ke-2 saya mendapat beasiswa sehingga cukup memotong beasiswa ayah bunda tersebut. Dari beasiswa ini saya punya kewajiban mengajar yang akhirnya keterusan sampai tahun 2019 yang lalu. Selama mengajar saya berstatus part time dibayar saat bekerja saja tanpa gaji pokok dan tunjangan ini itu. Tapi rejeki selalu datang dan saya bahkan bisa menabung. Kadang rejekinya lagi numpuk di satu bulan sehingga bikin jantung deg-degan juga antara percaya dan ga percaya.

Bulan Mei 2019 saya kemudian direkrut sebuah start up dengan benefit yang cukup tinggi untuk hitungan Bandung. Lalu saya terpaksa berhenti karena ada hal lain yang perlu saya prioritaskan sekarang ini.

Kesemua pengalaman tersebut memperkaya saya dan membuat saya tahu apa yang saya sukai, semua yang saya ceritakan di jurnal-jurnal kemarin. Hal-hal tersebut pula yang membuat keyakinan saya dari 2009 lalu tidak berubah malah semakin mantap, Tuhan akan memelihara mereka yang berusaha.

Karenanya rejeki, uang, apresiasi/posisi bukan menjadi prioritas saya lagi. Seperti yang pernah saya lakukan, saya rela melepas ketiga hal tersebut untuk melakukan dan mengusahakan hal yang saya sukai, hal yang penting buat saya. Saya yakin rejeki akan mengikuti usaha yang saya lakukan.




October 27, 2020

Journal 27 - Yang Terpenting Saat Ini

Membicarakan soal hal yang terpenting untuk saya bisa jadi berbeda-beda tergantung masanya. Dulu yang terpenting untuk saya adalah keberadaan saya di sebuah ekstrakulikuler yang saya ikuti. Lalu sempat yang terpenting untuk saya adalah EO yang saya dirikan. Ada masanya yang terpenting bagi saya adalah seorang teman. Ada masanya kemudian yang paling penting untuk saya adalah pekerjaan saya...bukan kerjanya...tetapi interaksi dengan orang-orang di dalamnya yang membuat hidup lebih hidup.

Saat ini yang terpenting untuk saya adalah keluarga kecil saya, suami dan anak saya. Keberadaan mereka adalah titik pusat saya berputar. Saya pernah mengeluh kalau suami saya posesif tapi berlagak tidak posesif...sehingga kalau saya mau ketemu teman, mending dia ikut deh. Tapi sebenarnya saya juga suka dan menikmati keposesifannya. Kalau bisa saya ingin membagi semua pengalaman saya untuk turut dia rasakan. Saya ingin berbagi seluruh dunia saya dengannya. Jadi frasa "kalau saya mau ketemu teman, mending dia ikut deh" merupakan sesuatu yang saya inginkan juga.

Tidak berarti juga saya tidak menikmati kesendirian saya. Seperti saat ini, saya sedang mengerjakan hal saya sendiri, suami saya sedang mengerjakan pekerjaannya, anak kami tertidur. Walau sedang sendiri seperti ini, kami tetap berbagi momen dan yang seperti ini sebenarnya yang saya sukai.

Sewaktu tinggal beda kota dulu, kami akan saling bertelepon atau video call lalu saya akan melakukan hal saya sendiri, dia pun demikian. Kami akan membiarkan telepon terus menyala dengan loud speaker dan dia akan mendengarkan saya mengetik atau saya mendengarkan dia menyeduh kopi.

Berbagi momen dengan orang yang saya kasihi merupakan hal yang penting untuk saya.

October 26, 2020

Journal 26 - Inspirator Saat Ini

Pertanyaan hari ini datang pelan-pelan lalu membuat diri saya begitu excited. "Siapa sih yang menginspirasi kamu", tanyanya. Saya tidak tahan untuk senang.

Akhir-akhir ini inspirasi saya banyak datang dari seseorang yang bernama Gary Vaynerchuk. Sejujurnya saya hanya mengikutinya di instagram, tapi itu sudah cukup. Untuk saya yang telah mulai belajar mengenai self awareness dari 14 tahun lalu, Gary memberikan contoh nyata dari semua konsep itu. Dia membuat semua yang saya pelajari membumi dan menjangkar dengan begitu kuat. Keinginan kuat saya untuk berbagi dan ketertarikan saya mencoba media-media baru untuk melakukannya, juga terinspirasi dari Gary. Apa yang diutarakan dalam kontennya menjadi penyeimbang dari semua teori yang digelontorkan ahli-ahli social media marketing atau personal branding di luar sana.

Untuk teman-teman yang galau, saya sarankan untuk mengikutinya juga loh. Mudah-mudahan dapat membantu mendapatkan kepercayaan diri untuk apapun yang teman-teman lakukan.


October 25, 2020

Journal 25 - Bermanfaat

How would you like to change people's lives?

Lagi-lagi pertanyaan yang membuat saya berkerenyit dulu. Sampai sekarang saya tidak merasa saya ingin berkontribusi atau mengubah hidup seseorang karena konyol sekali jika kebahagiaan saya terletak pada hal itu. Yang pasti fokus saya adalah memperbaiki diri sendiri dulu. Lalu berbagi sambil berdoa semoga ada yang merasakan manfaat dari apa yang saya bagikan. Satu orang saja, itu sudah berharga. Kalau bisa mengubah hidupnya lewat apa yang saya bagi, tentu saya jadi sangat bahagia. Bonus banget!

Prinsip itu yang sekarang saya bawa setiap hari, saya katakan kepada diri saya sendiri terus-terusan. Salah satunya supaya saya tidak langsung malas berbagi. Berbagi apa saja...saat ini mungkin waktu dan informasi yang bisa saya bagikan. Cukup satu saya yang merasakan manfaat, saya akan terus lanjut.

October 24, 2020

Journal 24 - Sharing

Pertanyaan hari ini: What do you want? Money, to travel, fame? Why?

Jawaban saya untuk ketiga item di atas... "ah...nggak juga". Lalu apa ya?

Ternyata jawaban pertanyaan pertamanya adalah: sharing.

Mungkin itu ya benang merah yang saya dapatkan dari memperhatikan apa yang saya sukai untuk saya lakukan. Saya merasa dengan berbagi jadi memperkaya hati. Ada kepuasan dan rasa bangga jika orang lain merasa apa yang kita bagi bermanfaat buat mereka.

Sharing ini yang sedang saya eksplorasi juga dalam bentuk lain. Salah satunya media blog ini. Saya juga tidak membatasi konteks sharing ini. Bahkan berbagi cerita pun bisa jadi manfaat untuk yang lainnya.

October 23, 2020

Journal 23 - Self-awareness

What single thing would you change in your world?

Pertanyaan yang susah-susah gampang untuk dijawab karena saya senang akan keberadaan saya sekarang dan semua perjalanan lampau membawa saya menjadi seperti yang sekarang ini. Terbiasa memahami bahwa setiap detik yang saya lalui punya kontribusi membuat saya menjadi yang seperti sekarang ini, jadi bingung juga kan apa yang ingin saya ubah.

Ya...kalau dipikir-pikir satu hal yang mungkin bisa membuat saya lebih baik lagi adalah kesadaran akan diri dan waktu yang datang lebih awal. Self-awareness juga awareness akan waktu. Jika saya menyadarinya lebih awal saya rasa hidup saya dapat saya nikmati dengan lebih lagi. Tidak memikirkan main saat sedang di kelas, tidak memikirkan tugas saat sedang hangout bersama teman-teman dan saya bisa menikmati setiap waktu yang saya lewati secara penuh.

Andaikan saya lebih awal membaca artikel yang membawa saya kepada kebiasaan baru memplot waktu, saya mungkin tidak sekelabakan itu saat bekerja di Bandung dahulu.

Ya...mungkin hanya itu yang ingin saya ubah dan terus saya improve sekarang.

October 22, 2020

Journal 22 - Values

Family
Freedom
Security
Loyalty
Intelligence
Connection
Creativity
Humanity
Success
Respect

Itu adalah hasil 10 teratas dari list of values saya googling hari ini. Dari 10 value tersebut, mungkin yang paling dekat dengan saya adalah family (untuk suami dan anak saya), freedom, dan humanity.

Kalau boleh diurut, yang paling pertama saya rasa adalah freedom. Saya orang yang suka dan hormat akan aturan karena itu membuat batasan supaya orang tidak seenaknya, saya juga menghargai kebebasan dan fleksibilitas. Prinsip saya, kita harus memahami aturan yang ada supaya kita bisa fleksibel bermain dengannya. Sedari dulu juga saya tipikal orang yang tidak bisa terlalu terikat dengan jam kerja, tapi saya bisa saja bekerja lebih dari durasi yang ditentukan. Karenanya yang saya butuhkan adalah fleksibilitas. Kebebasan melakukan segala sesuatu dengan cara saya dan dengan bertanggung jawab.

Anak dan suami saya merupakan hal lainnya lagi yang menjadi sangat penting dalam hidup saya. Saya tidak pernah mengira bahwa saya bisa mengesampingkan hal-hal yang dulu menjadi prioritas saya dan tergantikan oleh mereka. Walau demikian saya tahu dari dulu kalau saya akan punya kemampuan itu jika memang bertemu orang yang tepat.

Humanity ini terbangun dalam dekade terakhir ini. Mulai dari seseorang yang saya ceritakan di Journal 11, dilanjutkan dengan beberapa kesempatan untuk belajar lebih mengenai manusia dan keragamannya. Dari kesempatan-kesempatan ini saya belajar untuk menghormati yang berbeda dan membela yang tersakiti karena perbedaan tersebut.

October 21, 2020

Journal 21 - Yang Selalu Dicoba

Ada dua hal yang akan selalu saya jawab dengan "iya" dan selalu saya coba atau usahakan untuk kerjakan. 

Yang pertama adalah yang berhubungan dengan berbicara, mengajar, atau sharing sesuatu. Baik itu di dalam kelas, dalam bentuk workshop, training, talkshow, menjadi MC, moderator atau yang lainnya. Mungkin ini juga yang membuat portofolio mata kuliah yang saya lumayan beragam, tapi sebenarnya hanya berkutat di 2 area saja... yang berhubungan dengan prosedur atau proses dan yang berhubungan dengan relasi antar manusia.

Yang kedua adalah mengelola event selama saya tidak perlu pusing cari sumber dananya. Hahahaha. Jenis event baru sering jadi tantangan tersendiri, apalagi kemudian eventnya berlanjut. Seakan-akan saya yang membuat patokan awalnya.

Nah, pandemi ini memberikan saya kesempatan melakukan keduanya dalam konteks virtual. Lucu juga ya, sudah beberapa bulan saya mulai menjalani bentuk virtual ini dan baru menyadari kalau semuanya masuk ke dua hal yang saya sebut di atas.


October 20, 2020

Journal 20 - Some Free Stuffs

Sesungguhnya saya merasa senang sekali dan beruntung saat teman saya mengajak melakukan challenge ini. Bulan ini saya mendapat banyak penemuan baru akan diri sendiri dan membantu saya mengetahui apa yang akan dan ingin saya lakukan selanjutnya.

Hari ini saya ditanya mengenai hal yang akan saya kerjakan secara cuma-cuma selama 5 tahun. Butuh sedikit, tapi tidak lama. Jawabannya: berbagi segala sesuatu yang ada di otak saya. Mungkin bahasa kerennya sharing. You name it! Mengajar, memberi lokakarya, menjadi moderator, menulis di blog, menjadi mentor, dsb. Sebenarnya sudah dari beberapa waktu lalu saya mengerjakan itu semua dengan tidak mematok benefit hanya dalam bentuk uang. Terutama untuk mereka yang masih belajar, masih menjadi mahasiswa.

Saya juga belajar, belajar hal-hal baru untuk memfasilitasi saya berbagi dengan yang lainnya. Diantaranya dengan membuat kanal Youtube Angkatan 2000 Farmasi ITB bersama teman-teman satu jurusan S1 dulu untuk berbagi informasi seputar kesehatan dan kefarmasian dengan bahasa yang sederhana. Saya juga sedang mempersiapkan kanal Youtube dan podcast pribadi yang mudah-mudahan dapat selesai bulan ini.

Kesenangan untuk berbagi ini juga yang mungkin membuat saya senang sekali (pernah) bekerja sebagai pengajar 😊.

October 19, 2020

Journal 19 - Mengenai Perhatian dan Apresiasi

Kalau diingat-ingat apa saja yang saya lakukan saat saya merasa begitu terlibat dan fokus saat melakukan sesuatu, yaitu ketika pendapat saya diperhatikan dan saya dipercaya untuk melakukan apa yang menurut saya baik. Tentu saja bukan berarti saya yang paling benar.

Momen-momen seperti itu membuat saya bersyukur tentunya. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan "unjuk gigi" sehingga ketika momen seperti itu datang, saya biasanya memanfaatkan sebaik-baiknya. Waktu saya bilang biasanya, artinya ada momen-momen ketika saya lalai dan akhirnya apa yang saya kerjakan menjadi sesuatu yang "zonk" lalu biasanya saya menyesal kemudian.

Ada beberapa kesempatan dimana saya ingin "unjuk gigi" dan berusaha berkontribusi dengan baik, tetapi pendapat saya selalu dinihilkan. Mungkin ini juga yang membuat saya tidak bertahan lama di beberapa tempat. Saat peran saya lebih sebagai asisten yang menjaga agar semua pekerjaan berjalan dengan baik dengan langkah-langkah sesuai perintah atasan.

Di momen-momen seperti ini banyak saya rasakan ketidak percayaan. Bukan karena kemampuan saya, tapi lebih kepada ketakutan akan sesuatu yang bisa saya bawa pergi. Oh well, that kind of insecurity is not my problem at all and I can do nothing about that. Lagi-lagi biasanya saya belajar tentang integritas.

Saat ini role model utama saya adalah Gary Vaynerchuck. Untuk saya, Gary adalah representasi di dunia nyata mengenai apa yang saya pelajari sejak 2006 dulu mengenai self awareness. Konten-kontennya di media sosial merupakan penyeimbang dari jargon-jargon yang telalu sering beredar di masyarakat.

So, lagi-lagi... saya belajar dan akhirnya aware kalau saya dapat sangat terlibat dan mengeluarkan effort lebih untuk mengerjakan suatu hal jika saya merasa pendapat saya dihargai dan diperhatikan.

October 18, 2020

Journal 18 - Terlalu Seru untuk Berhenti

Saat bercerita mengenai keahlian yang dimiliki yang menjadi keunikan saya, saya akhirnya malah bercerita mengenai hal-hal yang saya pernah atau sering lakukan. Yang pasti hal-hal tersebut adalah hal-hal yang saya sukai. 

Seringkali kemudian saya lupa waktu saat mengerjakan hal-hal tersebut. Terlalu asyik, terlalu seru rasanya untuk dihentikan sebelum selesai. Saya bisa terus bekerja walau pinggang sudah penat jika memang terasa "nanggung". Jika dari list tersebut saya diminta menyebutkan yang mana yang paling sering membuat saya bekerja terus, saya juga tidak bisa menjabarkannya dengan jelas karena saya menyukai semuanya.

Oh ya, ada hal baru yang saya ingin ulik, yaitu podcast. Selain itu walau belum sampai akhir bulan, saya sudah mendapatkan jawaban untuk dilema S3 saya, tapi belum bisa saya bagi di sini.

Satu hal yang pasti bahwa apapun yang membuat saya terjaga di malam hari kebanyakan adalah hal yang menyenangkan hati dan keberadaannya membuat diri terus bersyukur.

October 17, 2020

Journal 17 - A Bit of This and a Bit of That

Hari ini waktunya menulis jurnal mengenai keahlian spesifik (unique set of skills) dan kepribadian (personality traits) saya. Lagi-lagi saya bingung. Hal pertama yang saya lakukan setelah membaca topik tersebut adalah bertanya kepada Mbah Google: "Mbah, unique set of skills and personality traits itu contohnya apa tho?" Berbeda dengan jawaban langsungnya beberapa hari lalu saat saya bertanya mengenai list of skills, kali ini Mbah tidak serta merta menjawab.

Setelah beberapa waktu, belasan kali klik dan kedipan mata, ketidak tahuan saya hanya berkurang sedikit sekali. Apa ya yang unik yang saya bisa? Sejujurnya saya rasa apa yang saya bisa semua orang juga bisa. Mungkin kombinasinya yang membuat jadi berbeda. Kesukaan saya akan banyak hal, keingintahuan saya, kemauan belajar, dan keberanian untuk mencoba yang baru membuat kombinasi yang cukup palu gada (apa yang lu mau gua ada) walau kadar masing-masing skill-nya tidak sedalam itu. 

Sebagai seorang lulusan profesi apoteker dan magister sains manajemen, saya pernah mengajar, belajar, mengutak-atik komputer maupun peralatan elektronik lain, mengumpulkan bungkus mie instan, membaca buku, menulis artikel ilmiah dan populer, menjadi MC atau moderator, membuat press release, mengorganize event, desainer dadakan untuk membuat banner atau backdrop atau keperluan event lainnya, angkat-angkat kursi, merapikan kabel, mengatur flow, mengisi voice over, wedding singer, choir singer, jadi bendahara atau sekretaris atau admin, asisten untuk riset atau konsultansi, dan yang akhir-akhir ini mulai saya lakukan adalah menyunting video untuk youtube. Perintilan yang banyak ya. Yang pasti kesemuanya adalah hal-hal yang saya sukai.

Yang belum pernah saya lakukan justru adalah berpraktik sebagai seorang... apoteker 😆.

October 16, 2020

Journal 16 - Mengenai Adil

Sebagai pembawa amanah Ninja Gozaru yang membela kebenaran dan keadilan, tentu saja saya akan mulai mendidih ketika melihat adanya ketidak benaran maupun keadilan saya ketahui. Tentu saja perspektif setiap orang dapat berbeda demikian juga perspektifnya dalam hal keadilan. Karenanya yang saya pegang selalu perspektif untuk memanusiakan manusia. Misalnya, apa yang seharusnya dilakukan jika label-label identitas agama maupun etnis tidak ada.

Hal ini juga yang sering saya utarakan di kelas kepada mahasiswa saya. Selain melatih perspektif yang lebih luas, juga melihat keadilan untuk teman-temannya yang lain saat dirinya minta diistimewakan. Tidak semua harus disamakan memang, ada yang memang perlu dibantu. Tentu saja adil tidak berarti harus sama.

Adil ini juga harusnya tercermin dari apresiasi yang didapatkan saat bekerja. Tidak harus berupa materi loh, karena ada sistem dalam organisasi yang memang tidak memfasilitasi perbedaan apresiasi materi yang cukup. Apresiasi yang adil bisa juga diberikan dalam bentuk yang lain, yang bukan berbentuk materi.

Sejauh ini saya merasa beruntung dikelilingi oleh orang-orang yang memang senang bekerja dan tahu menilai dirinya masing-masing sehingga dapat membawa rasa adil tidak hanya kepada orang lain, tapi juga dirinya sendiri.

October 15, 2020

Journal 15 - Ninja Gozaru

Pernah mengalami peristiwa yang menurut saya tidak adil, tentu membangkitkan keinginan lebih untuk memastikan pengalaman itu tidak terjadi lagi baik untuk saya maupun orang lainnya. Sayangnya dunia memang tidak sesempurna itu dan ketidakadilan terjadi dimana-mana.  Keadilan yang saya maksud terutama yang berkaitan dengan kesempatan berkarya dan memperoleh perlindungan hukum untuk mereka yang memiliki kondisi-kondisi bawaan/lahir atau pilihan hidup yang berbeda dari masyarakat umumnya.

Seiring berjalannya waktu, memang banyak perubahan cara pandang dan sikap yang membuat keadilan untuk beberapa hal terlihat peningkatannya. Tapi kemudian selalu ada sisi ketidak adilan baru yang hadir.

Sayangnya ketidak adilan biasanya terjadi karena perspektif yang terlalu sempit dan tidak terlatih untuk menghormati mereka yang memiliki perspektif berbeda. Seringkali kemudian orang-orang menganggap perspektif lainnya itu salah. Padahal mungkin saja bahasan dan tujuannya sama.

Dalam perkataan dan perbincangan, ini selalu yang saya ingin perjuangkan dan bela. Membela kebenaran dan keadilan.

 

October 14, 2020

Journal 14 - Least of Skill

So I found this as the first result when I googled for "list of skills" 

  • Active listening
  • Communication
  • Computer skills
  • Customer service
  • Interpersonal skills
  • Leadership
  • Management skills
  • Problem-solving
  • Time management
  • Transferable skills

The topic of today's journal asked to choose which skills that describe me. Since I love to try many things, "pecicilan" people might say, I think it would be easier if I just choose which skills that aren't describe me. So the least skill that describe me might be customer service. Though I know how to create positive experience for the customer, it's not something that I really love to do. And I think basically it's only about communication. Though I believe that we need to treat our customer nicely and give a positive experience, I also believe that we should also have this positive experience... so it will be mutual. If I don't get the positive experience though my customer satisfied, I would be reluctant to repeat the service. I'm not the kind of person who think that customer is the king. 

We are human after all.

October 13, 2020

Journal 13 - Yang Tidak Disukai

Mengingat kejadian, mengingat nama, mengingat peristiwa, adalah beberapa hal yang sangat sering saya lakukan. Apalagi kemudian saya mengambil kuliah farmasi, banyak sekali yang harus diingat-ingat, dan mengingat menjadi hal yang otomatis saya latih setiap hari.

Sering kali ingatan saya akan suatu kejadian menjadi hal yang lucu dan menarik ketika dibahas kembali bersama teman-teman. Tapi lebih sering lagi, saya mengingat kejadian-kejadian memalukan atau pengalaman buruk yang kemudian membuat saya merasa tidak enak... antara kesal, malu, marah, atau menyesal.

Saya yakin bukan saya satu-satunya manusia di dunia ini yang memiliki pengalaman yang tidak enak, tapi sering otomatis teringat pengalaman tidak enak tentu bukan hal yang menyenangkan. Ini yang paling tidak saya sukai.

October 12, 2020

Journal 12 - Yang Menyenangkan Hati

Sejujurnya saya merasa diberi banyak sekali kemudahan dalam perjalanan hidup saya. Mungkin juga ini karena saya lebih praktis dan tidak terlalu ambil pusing orang mau komentar apa mengenai saya. Dengan persoalan-persoalan yang terjadi di keluarga, saya juga merasa beruntung Yang Kuasa dan Punya Cerita menggariskan saya untuk bertemu orang-orang yang baik, yang menjadi inspirasi dan teman berdiskusi.

Saya juga senang bahwa saya diberi kemudahan rejeki. Saya percaya bahwa yang terpenting adalah kemauan untuk berusaha dan kerendahan hati untuk belajar dan melakukan apa saja. Dari semenjak saya meninggalkan pekerjaan formal di tahun 2009 lalu, tidak sekalipun saya berkekurangan walaupun seringkali pas-pasan. Saya rasa saya memiliki pengertian yang cukup baik akan perihal mencari rejeki dan saya senang memiliki pengertian tersebut.

Hal lainnya yang menyenangkan hati dan membuat bersyukur adalah teman-teman dan jejaring yang senang membantu satu sama lain. Dengan teman-teman yang saya kenal dan jejaring yang ada, saya tidak pernah merasa menemukan jalan buntu jika harus mencari seseorang.

Saya senang akan kemampuan yang saya miliki. Saya senang saya masih punya banyak ruang untuk mengembangkannya lagi. Saya senang saya memiliki peralatan yang memadai dan kemampuan untuk mendapatkan peralatan yang saya perlu.

Yang terutama dan membuat saya jadi yang paling bahagia... adalah suami dan anak saya 😊 (walaupun suami tetap tidak membaca blog ini padahal sudah diberi kode keras berulang kali 😒).

October 11, 2020

Journal 11 - Menjadi Lebih Baik

Ada satu orang yang memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap cara pandang saya akan suatu kejadian atau seseorang. Beliau saya kenal saat saya mengambil studi S2. Beliau yang mengejawantahkan slogan-slogan semacam "a heart is better than all heads in the world" atau "orang kaya itu udah banyak, orang baik masih kurang" dengan sangat nyata. 

Memberikan bantuan dan pertolongan, baik materi maupun sekedar meminjamkan telinga, beliau lakukan. Saat melihat warung yang ramai, beliau akan makan di warung sepi sebelah warung ramai tersebut. "Beda sekali dong raut wajah yang jualannya" cerita beliau. Saat ada peminta-minta atau pengamen datang, beliau tidak pernah tidak memberi. "Mau dipake apa kek duitnya udah bukan urusan gua, udah urusan Tuhan itu sih" itu prinsipnya. Menolong sesama adalah kebahagiannya. Dari beliau saya belajar bagaimana menjadi orang (yang mudah-mudahan) baik sebenarnya.

Topik jurnal hari ini meminta saya untuk menuliskan apa yang saya ingin orang katakan tentang saya jika saya tidak ada. Tidak, saya tidak ingin orang-orang mengatakan kalau saya orang yang baik, karena saya masih jauh dari itu. Dengan segala kekurangan saya, saya ingin sekali ada percikan di hati teman-teman yang lain untuk menjadi lebih baik dalam menolong. Percikan yang saya pantikkan. Dan itulah yang saya ingin orang katakan tentang saya jika saya tidak ada...bahwa saya memantikkan percikan kecil di hati teman-teman saya untuk berbuat baik dan menolong yang lainnya.

October 10, 2020

Journal 10 - Yang Belum Pernah Aku Coba

Jurnal hari ini membuat saya berpikir dahulu cukup lama. Saya diminta menuliskan hal-hal apa saja yang saya bilang tidak mampu saya kerjakan tapi saya tidak pernah mencobanya.

Saya termenung, termenung, mengambil minum, lalu termenung lagi. Kemudian saya sampai pada kesimpulan, yang tidak pernah saya kerjakan kemungkinan besar bukanlah hal yang saya suka. Ditambah dengan prinsip bahwa semuanya bisa dikerjakan jika mau belajar, maka saya tidak pernah merasa ada yang tidak bisa saya lakukan jika saya mempelajarinya, bahkan jika hal itu belum pernah saya lakukan sama sekali.

Yah...walau durasi berpikirnya lumayan lama, nampaknya jurnal ini cukup diisi sependek ini dulu.

October 9, 2020

Journal 09 - List of Things that I am Good at (In My Opinion ya)

I'm good at communication though there are still many things that can be improved. I've been interested in public speaking since I was in college. I'd love to learn how to talk and make people understand. So I took several courses and did practices a lot. I would watch and observe presenters in tv or my MC friends. I would listen to the words they use, intonation, articulation, etc. Later on, I chose teaching undergraduates as my scholarship obligation and it eventually last for 7 years. I love being in front of the class and communicate with the students. Seeing their faces and bodies respond to my presentation. Then... I would be an MC or moderators in seminars, discussions, graduation ceremonies, and talk shows.

I'm good at organizing. I can and train myself to think and visualizing in detail about what will happen in an occasion so I will organize something to make it easier or less troublesome in the future. It doesn't have to be an event, it could be files in my laptop, or hard copy family documents.

I'm good at cleaning things...ahahaha. I have the patience it takes to clean something deep. The thing is...most of the time, I don't have the time it needs to do a proper deep cleaning.

Well...nevertheless, I still find it hard to clean all the bad memories from my brain 😝

October 8, 2020

Journal 08 - Fulfilled and Satisfied

Pertanyaan jurnal untuk hari ini sungguhlah membuat dahi berkerut, lalu berpikir keras, apa ya yang membuat saya merasa fulfilled dan satisfied? Bukankah banyak hal yang bisa membuat saya merasakan kedua hal tersebut. Contohnya: ada waktu senggang lalu dipakai ngobrol seru dengan teman (fulfilled) dan kalau obrolannya sangat berkesan sampai ada "pesan moral" yang bisa saya bawa...maka obrolan ini akan menjadi sesuatu ya satisfied

Waktu mengajar, ketika bisa memberikan materi dengan baik dengan durasi yang baik, disitu ada sesuatu yang fulfilled, dan ketika kelas/presentasi diakhiri tidak hanya dengan "terima kasih" tapi juga tepuk tangan atau gelak tawa, saya pun merasa satisfied. Saat mengerjakan event di hari pelaksanaan, saat semua berjalan lancar dan sesuai rencana, tentu saya merasa fulfilled. Ketika peserta sampai mau bersusah payah menyampaikan apresiasi...saya merasa satisfied. Bahkan ketika menulis seperti ini, saya akan merasa fulfilled jika target harian telah dicapai dan jika saya mendapatkan feedback yang bagus mengenai tulisan saya tersebut, saya akan mearasa satisfied.

Banyak sekali hal-hal yang menyenangkan buat saya dan ketika saya dapat melakukannya sesuai target saya akan merasa fulfilled. Perasaan satisfied ternyata ada saat saya menerima feedback dari orang lain karena itu berarti ada yang mengapresisasi apa yang saya lakukan.

October 7, 2020

Journal 07 - Keinginan dan Alasan Berhenti

Dari jaman S1 dulu sampai sekarang saya selalu punya keingin memiliki/mengelola Event Organizer/Management sendiri atau bersama-sama dengan teman saya. 

Tahun 2006 saya dan 6 orang teman lainnya memulai event organizer kami dan berniat menginsiasi acara mandiri. Terlalu polos... acara tersebut pun berakhir di tahap angan-angan. Tahun 2007 kami mendapat proyek pertama. Modal 0 rupiah berakhir dengan keuntungan kotor 5 juta rupiah. Dari event organizer kami merambah peluang menjadi travel agent. Tidak fokus dan kebutuhan tiap individu untuk mendapatkan penghasilan yang lebih stabil dengan menjadi karyawan di tempat lain membuat hal ini pun kami hentikan. Memang... jiwa wirausahanya belum terpupuk dengan baik.

Semenjak itu banyak proyek event yang saya kerjakan sendiri walau membawa nama bersama. Sampai akhirnya saya mohon izin untuk membawa bendera saya sendiri. Jadi semenjak 2013 setiap proyek yang saya kerjakan membawa bendera ALTO Event & Talent Management. Karena kesibukan mengajar sejak 2012, saya tidak pernah mencari proyek/klien. Biasanya saya mendapatkan klien berdasarkan rekomendasi atau testimoni dari klien saya sebelumnya. 

Dari seluruh pengalaman sampai sekarang, hal utama yang membuat saya tidak mengembangkan usaha ini adalah rasa tidak suka terhadap proses bisnisnya. Mulai dari klien yang rigid sedangkan di lapangan perlu ada keleluasaan yang cukup untuk menjadi fleksibel terutama terhadap vendor-vendor dan orang-orang yang membantu: misal budget untuk tips dan konsumsi. Mau tidak mau saya jadi harus menyelipkan item-item tersebut di item yang ada bukti pembayarannya... di mark-up bahasa kerennya dan saya bukan tipe orang yang suka memark-up. Jengah sekali melakukan hal itu. Sayangnya kwitansi tips seringkali tidak laku untuk jadi bukti ke klien. Ada juga yang mengerenyit kenapa harus ada tips dan konsumsi lagi. Padahal pekerja lapangan macam tukang tentu hanya mendapatkan uang yang sendikit dari bos-nya. Saya juga bukan tipe yang suka mengambil kick back dari vendor karena untuk saya fee dari klien itu sudah menjadi bayaran saya untuk mendapatkan vendor yang baik dengan harga yang rasional. Tapi karena di industri hal tersebut lumrah terjadi, beberapa kali klien menawar banting harga yang bikin saya balas mengerenyit dan tertawa dalam hati.

Karenanya saya lebih suka terlibat dalam kepanitiaan dimana saya terbebas dari masalah bukti-bukti keuangan. Saya cukup terlibat dalam konsepsi acara, mengontak berbagai vendor dan talent, dan mengorganisir acara di hari H.

Sampai sekarang saya masih punya keinginan menjadikan Alto sebagai perusahaan besar. Hanya saja saya belum berpikir bagaimana cara dan solusinya.

October 6, 2020

Journal 06 - Hari yang Sempurna

Sebelum pandemi hari sempurna saya biasanya melibatkan rencana-rencana yang berjalan dengan lancar, baik itu dalam mengajar, rapat, atau mengerjakan pekerjaan lainnya. Hari yang sempurna juga biasanya melibatkan perbincangan akrab dengan teman-teman tersayang dipenuhi dengan tawa-tawa dan mungkin sedikit pesan moral untuk dibawa pulang. Tak perlu banyak...toh dulu sudah menghabiskan waktu beberapa tahun belajar Pendidikan Moral Pancasila.

Saat pandemi ini hari sempurna saya biasanya melibatkan bangun di waktu yang cukup untuk membersihkan rumah sebelum anak saya bangun dan masih ada sisa waktu untuk membuka-buka laptop, posting ini itu di instagram, atau sekedar komentar di beberapa postingan teman. Hari yang sempurna ini akan berlanjut jika anak saya pecicilan secukupnya. Tidak terlalu heboh sehingga mamanya jadi olahraga ekstra. Hari yang sempurna akan berlanjut jika anak saya lagi bagus mood makannya. Lapar sesuai jadwalnya, tidur siang sesuai jadwalnya (dengan durasi selama mungkin tentu saja), sehingga lagi-lagi mamanya bisa punya waktu yang lumayan cukup untuk merapikan file dan dokumentasi lainnya di komputer sambil rerun serial-serial kesayangan. Hari yang sempurna juga akan berlanjut saat sore hari bisa putar-putar naik sepeda bersama anak dan papanya.

Sungguhlah hari yang sempurna untuk saya saat pandemi ini sesuai dengan pepatah: manusia hanya bisa berencana, bayi juga yang menentukan.

October 5, 2020

Journal 05 - Waktu Ekstra untuk Bersenang-senang

Topik hari ini sangatlah menggelitik... pertanyaannya: Jika saya memiliki 3 jam ekstra dalam sehari, apa yang akan saya lakukan dengan waktu tersebut. Jawabnya: bersih-bersih, merapikan file dan dokumen lainnya di komputer, dan menonton dokumenter. Hahahaha.

Sungguh, apa yang saya tulis kemarin merupakan hal-hal yang saya senangi dan membuat saya lupa waktu. Tentu saya akan sangat senang menghabiskan 3 jam ekstra saya untuk hal-hal tersebut.

Alasannya sudah saya beritahu di postingan kemarin ya. :)

October 4, 2020

Journal 04 - Rapih Rapih Aku Suka!

Handphone! Saya yakin banyak sekali yang berlama-lama menggunakan handphone tanpa tidak sadar. Ada yang memang karena tuntutan pekerjaan, ada yang mencari hiburan.  Bukannya tidak bisa kalau harus jauh dari handphone, buat saya terkadang asik sekali mendapatkan kabar dari orang-orang lewat berbagai media. Atau (yang sering saya lakukan sekarang) memuaskan keingin tahuan saya dengan nonton film-film dokumenter di Youtube. Sedangkan saya sendiri tidak terlalu sering posting.

Yang satu lagi sungguh lah memalukan untuk diceritakan... saya senang sekali berlama-lama "merapihkan" apapun. Terutama file-file di komputer saya. Bagi saya itu sama pentingnya dengan menyelesaikan pekerjaan yang lain, tapi sungguh "cemen" untuk dijadikan alasan tidak ikut berpergian atau beraktivitas lain saat waktu luang. Efek buruknya, terkadang pekerjaan strategis yang penting saya lakukan malah tenggelam dibalik keinginan saya membuat semuanya teratur. Untungnya makin kesini hal ini makin berkurang berkat alokasi waktu pengerjaan to-do-list yang saya ceritakan pada jurnal hari ke-2.

Saya bisa tidak tidur semalaman untuk merename file di komputer agar sesuai dengan yang saya inginkan. Atau memback up dan mengeceknya dengan detail apakah semuanya sudah tersimpan dengan baik. Hasilnya sering saya pamerkan dan mengundang reaksi antara "wow, luar biasa!" atau "gila! kurang kerjaan banget lo...(sambil menertawakan)". Akhir-akhir ini reaksi pertama yang sering muncul karena akhirnya saya bisa pamer foto-foto dan dokumentasi lainnya dari masa saya SD, SMP, atau SMA 20-an tahun yang lalu.

Nampaknya cukup sekian dulu ya... masih ada file lain yang ingin saya rapihkan. Ahahahaha.

October 3, 2020

Journal 03 - Dilema S3

Kalau ditanya saya iri kepada siapa, tanpa ragu-ragu saya akan menjawab akhir-akhir ini saya iri kepada mereka yang:
- mendapatkan tempat/beasiswa untuk S3,
- memulai S3-nya,
- sedang menjalani program S3-nya,
- dan yang baru saja menyelesaikan S3-nya.

Menjalani dan menyelesaikan program S3 di luar negeri merupakan target saya dari 2014. Awalnya sebenarnya lebih karena faktor ekonomi, lalu menjadi lebih kuat karena menikmati mengajar di sebuah perguruan tinggi.

Seringnya sih si S3 ini hanya jadi impian belaka karena terlalu tenggelam dengan kesibukan atau mengerjakan aktivitas lainnya yang lebih menyenangkan. Di tahun 2017 akhirnya saya mengurangi aktivitas saya tapi ternyata saya malah mendapat hadiah lainnya, yaitu hamil dan kemudian melahirkan di tahun 2018. Semenjak itu saya belum memiliki waktu yang proper untuk kembali berkutat mengenai masalah sekolah ini.

Sampai akhirnya kemarin ada perspektif lain yang kemudian disodorkan oleh salah seorang teman. Maybe this stuff is just not my cup of tea.... Apalagi pada dasarnya saya ga terlalu doyan riset. Paper ilmiah buat saya lebih untuk obat insomnia daripada bacaan berfaedah.
 
Dengan kerumitan dan kekompleksitasan S3, teman tersebut memberikan pandangan lain bahwa banyak yang bisa saya capai di area lain dalam jangka waktu yang harus saya luangkan untuk S3 ini. Selain itu, motivasi saya mengambil S3 ini bisa saya penuhi lewat jalan lainnya.

Dia adalah orang pertama yang mengutarakan ini dengan blak-blakan kepada saya. Perspektif baru yang pastinya jadi bahan untuk direnungkan sebulan ini sambil terus mengikuti journaling challenge for self-discovery ini. Dan sejujurnya sekarang saya jadi excited akan pilihan yang akan saya putuskan di akhir bulan ini.

October 2, 2020

Journal 02 - Menjadi Lebih Baik

3 tahun terakhir ini saya memulai suatu kebiasaan baru, memindahkan to-do-list saya ke dalam kalender sehingga setiap pekerjaan memiliki waktu pengerjaannya. Dari awal saya tahu saya tidak akan sesempurna itu mengerjakannya. Tapi efek positifnya, awareness saya akan waktu menjadi semakin baik. 

Saat memikirkan pertanyaan hari ini mengenai hal yang ingin dilakukan lebih baik lagi, otomatis saya berpikir mengenai kekonsistensian saya mengerjakan hal-hal yang telah saya agendakan. Lalu saya urung, saya sudah cukup stress. Walau saya tahu saya ingin lebih baik lagi dalam mengerjakan hal-hal yang telah saya agendakan, saya tahu bukan itu yang saya butuhkan saat ini.

Saat ini saya butuh untuk dapat lebih baik menerima keterbatasan kondisi saya yang membuat saya tidak seproduktif dahulu dalam hal pekerjaan. Saya butuh untuk berdamai dan tidak insecure dengan pencapaian teman-teman saya lainnya. Saya butuh tenang walau mengetahui kesempatan yang ada turut berlomba dengan umur. Toh semua ini nanti akan lewat dan tidak dapat diulang.

Saya ingin lebih baik dalam mencintai dan menerima saya dan kondisi saya sekarang ini apa adanya.

October 1, 2020

Journal 01 - Yang Menjadi Candu

Saat membaca pertanyaan mengenai apa yang akan saya lakukan jika uang tidak menjadi masalah, pikiran saya langsung melayang ke waktu-waktu yang saya habiskan untuk mengorganisir acara, menjadi koordinator lapangan. Dari sekian banyak hal yang saya sukai dan nikmati saat melakukannya, menjadi seorang yang memastikan acara berjalan dengan lancar adalah hal yang paling memuaskan.

Bermula dari terlalu aktif beraktivitas di suatu unit kegiatan mahasiswa dan memperlakukan kuliah layaknya ekskul saja; mengorganisir, mengkoordinasi, mengatur, menjadi obsesi saya. Dalam sepanjang perjalanan itu ada kalanya saya terlalu serius, ada kalanya masa bodoh. Ada kalanya ingin tahu dan terus bertanya, ada kalanya keras kepala dan sombong.

Selepas kuliah saya dan teman-teman menginisiasi proyek pertama idealis yang kemudian kandas tak berjejak. Proyek lainnya datang dan membuahkan profit pertama kami. Kebutuhan mendapatkan penghasilan yang baik akhirnya membuat kami bekerja di berbagai perusahaan dan menghibernasikan event organizer ini. Tapi tidak membuat saya kehilangan kesempatan untuk turut berpartisipasi menjadi panitia di berbagai acara.

Semua saya lakoni... reuni, peluncuran buku, seminar, pelatihan, konferensi, bahkan saat kemudian bekerja di perusahaan dan institusi lain, mengorganisir acara sering menjadi menu pekerjaan saya.

Ada candu yang membuat saya terus ingin terjaga... mengawasi alur manusia saat acara, mengamati raut wajah mereka, memastikan setiap hal muncul di waktu yang tepat. Meletupkan rasa puas saat kemunculannya mengubah raut wajah-wajah yang mengamati. Ada candu yang membuat saya ingin terus mencoba membuat aliran yang lebih baik, menghilangkan kerikil-kerikil yang mungkin menyumbat, melancarkan perjumpaan, meninggalkan kesan.

Tidak hanya saat mengorganisir acara, hal ini juga yang saya bawa saat mengajar. Memastikan sesi berjalan dengan lancar, memberi pengalaman, dan meninggalkan kesan.

Jika uang tidak jadi masalah, saya ingin pecicilan mengorganisir ini dan itu.