Pages

July 17, 2011

If a picture paints a thousand words….


Sepenggal lirik lagu yang saya yakin familiar di telinga banyak orang.

Picture
Saya punya banyak koleksi foto. Semua saya simpan dengan rapi dan terorganisir (sekalian pamer tentunya!). Dari folder foto itu, saya menambahkan gadget di sidebar windows agar saya dapat melihat foto-foto yang saya punya setiap saya menggunakan komputer ini.

Semenjak itu saya sering tiba-tiba kangen, tiba-tiba terharu, tiba-tiba sebal, dan rasa lainnya yang biasa datang tiba-tiba. Mostly ya kangen itu. Gambar-gambar itu mengingatkan saya akan momen-momen yang saya lewatkan selama ini dengan berbagai macam manusia yang dipersilahkanNya untuk mengisi lembaran-lembaran hari saya. Saya ingat tertawa bersama mereka, saya ingat menangis dengan mereka juga.

Gambar-gambar itu membuat saya merefleksikan kembali perjalanan yang sudah saya tempuh sampai saat ini. Sampai detik ini ketika saya sedang berada di suatu momen yang tidak saya duga akan saya dapatkan secepat ini.

Ingatan akan momen-momen dan rasa yang saya dapat melalui foto-foto tersebut membuat saya bersyukur…penuh…akan keberadaan setiap orang yang pernah melintas dan membuat saya belajar hal-hal baru…terus mengingatkan saya akan hal yang penting untuk saya.

Tuhan itu ada di sini…di hati…dan di mata semua orang yang saya temui.

Menuju Postingan Berikutnya :)


Saya hanya ingin menggerakkan jari-jari ini di tuts komputer. Tidak tahu ingin menulis apa. Tapi jari-jari ini mungkin lagi kangen olah raga. Bukan olah raga yang terpaksa dia lakukan setiap hari karena perlu menekan huruf-huruf yang nantinya akan menyusun sebuah paper yang perlu disubmit ke jurnal atau konferensi. Yah…walaupun saya rasa jari-jari ini tetap sedikitnya menikmati olah raga itu. Mungkin dia rasa itu seperti latihan beban…latihan kardio. Membosankan tapi perlu di lakukan karena menambah daya tahan.

Tapi kali ini jari-jari saya ingin bermain…seperti bermain basket, softball… Ah…softball. Terakhir kali mungkin 10 tahun lalu saya berdiri mengangkang kaki menunggu bola putih itu bergulir untuk dipukul. Suatu hari saya senang sekali karena semua pukulan saya berakhir home run. Saya pun teringat, butuh 2 minggu melatih otot-otot bisep ini setiap harinya dengan mengangkat beban. Bosan? Tentu! Tapi bermanfaat bukan?!

Lalu saya membaca kembali dua alinea yang baru saja saya tuliskan dan berpikir "Kira-kira akan jadi seperti apa tulisan ini? Apa judul yang harus saya tuliskan di atas alinea pertama itu?" Uhm…saya yakin pada akhirnya saya akan tahu judul tulisan ini. Tapi saya harus menunggu jari-jari ini berhenti bergerak terlebih dahulu. Karena selama dia masih belingsatan, penuh adrenalin yang harus disalurkan, saya tidak akan bisa menyimpulkan apa yang berusaha dia mainkan. Saya belum tahu judul permainannya. Basket? Voli? Sepak takraw? Mungkin juga gabungan dari semuanya yang akhirnya membuat lebih tak jelas lagi permainan yang sedang dia lakukan.

Jari-jari ini masih ingin bermain, tapi saya kehabisan ide hal apa lagi yang bisa dia kerjakan…dia mainkan. Dan sekarang saya sedang berpikir keras harus menulis apa lagi. Pada akhirnya saya hanya bisa menulis apa yang sedang saya pikirkan…yaitu berpikir harus menulis apa lagi. Lucu…humor…saya selalu suka ketika Dia sedang melucu. Sama seperti saat ini ketika akhirnya saya menulis apa yang saya pikirkan sambil mencari apa lagi yang harus dipikirkan agar dapat dituliskan. Bingung? Tidak perlu. Ini bukan hal yang sulit…setidaknya buat saya. Tidak perlu dianggap sulit juga, karena ini hal yang sederhana. Bahkan mungkin tidak perlu diperhatikan karena hanya akan menyita pikiran dan energi kalau pada akhirnya malah hanya akan membingungkan.

Makin bingung? Bagus! Karena saya juga tidak tahu mengapa saya meracau seperti ini. Tuhan itu humoris. Saya suka melihat lawakanNya. Cuma Dia yang bisa membuat saya merasa iri dan kasihan dalam detik yang sama. Cuma Dia yang bisa membuat saya tergelak-gelak karena merasa prihatin dan merasa terbodohi pada waktu yang sama.

Uhm…sudah saatnya saya beralih topik… Tiba-tiba dapat ide menjaga jari-jari tetap berolahraga dengan cara yang menyenangkan.

Sampai jumpa di postingan berikutnya!

NB: dan sekarang saya tahu judul tulisan ini ;)

July 8, 2011

Karena Itu Setitik, Rusak Susu yang Sebelanga


Pagi tadi saat sedang menyetir saya teringat suatu peristiwa. Waktu itu seseorang mengomentari saya bahwa kenegatifannya tidak menjadi masalah karena ada saya yang positif di suatu komunitas sama.

Saya pun lalu berpikir...jadi kalau ada yang positif harus ada yang negatif ya? Apa itu jadi membuat situasi yang kondusif karena jadi seimbang? Apa positif dan negatif dalam kaitannya dengan 'thinking' bisa saling meniadakan seperti kalau kita belajar matematika?

Apa yang akan saya utarakan disini semata-mata hanya pendapat saya saja tentunya. Teman-teman boleh setuju, boleh juga tidak. Buat saya, negative thinking itu layaknya "nila setitik, rusak susu sebelanga" kalau kata orang Indonesia. Atau buat anak-anak PSM mungkin lebih ke "karena setitik, rusak susu Sasnila yang seperti belanga".

Bayangkan...suatu hal yang dirawat baik-baik, mungkin dengan mengkonsumsi vitamin E dosis tinggi (ga tau juga nyambunya dimana), dioles Buste Cream tiap hari rutin, dengan effort waktu dan dana yang tidak sedikit...eh...karena setitik...titik yang kecil (dipersilahkan mengganti titik ini jadi apa saja)...jadi tidak bisa digunakan lagi (emangnya mau diapain coba).